
Banjarmasin,Updatesulawesi – Rangkaian workshop bertajuk “Optimalisasi Peran BBPPKS Banjarmasin Dalam Pengembangan Kompetensi Taruna Siaga Bencana (TAGANA)” memasuki hari kedua.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber kunci dari berbagai instansi dan lembaga yang berkompeten dalam penanggulangan bencana, guna memperkuat sinergi serta pemahaman teknis dalam menghadapi situasi darurat.
Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarmasin, Yadi Muchtar menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas para relawan TAGANA.
“Kami mengundang stakeholder dari Dinsos, BPBD, Basarnas, PMI, mitra internasional seperti World Food Programme (WFP), serta akademisi dari Universitas Lambung Mangkurat agar bisa memberikan materi yang komprehensif dan aplikatif,” ujar Yadi,Rabu 30 Juli 2025
Selain itu,Achmadi Kepala Bidang Penanganan Bencana Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan menekankan pentingnya pemahaman atas seluruh fase penanggulangan bencana.
“Perlunya sistem bantuan berbasis kebutuhan serta dukungan sarana seperti mobil dapur lapangan, rescue unit, dan sea ryder” ucapnya.
Kemudian BPBD Provinsi Kalsel, M. Noor Jamalludin memaparkan manajemen darurat bencana dan pentingnya sistem komando saat krisis.
Ia mengangkat kasus banjir 2021 sebagai studi pembelajaran dalam memperkuat sistem koordinasi penanggulangan bencana.
Sedangkan Perwakilan Basarnas Banjarmasin, Amri Juna Kurniawan, menjelaskan struktur tugas dan peran Basarnas dalam operasi bencana dan kecelakaan.
Ia juga menginformasikan pengembangan potensi SAR melalui pembentukan unit siaga baru di Kabupaten Tapin.
Tak ketinggalan, perwakilan World Food Programme (WFP), Ikhsanuddin dan Erik Nugroho, membahas pengembangan kurikulum pelatihan TAGANA.
Yang menekankan pentingnya pelatihan berjenjang Muda, Madya, dan Utama dengan TAGANA Utama berperan sebagai koordinator lapangan.
“Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan konteks lokal dan dukungan Technical Working Group” kata Erik.
Dari kalangan akademisi, Kumalawati yang merupakan perwakilan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat menyoroti pentingnya keterampilan praktis di lapangan.
Ia mengangkat kasus runtuhnya Alfamart di Gambut sebagai contoh rendahnya pemahaman evakuasi warga.
LPPM ULM juga telah menjalin kerja sama pelatihan pemetaan berbasis drone dan sertifikasi kompetensi bersama BNSP.
Sementara itu, Dedi Kurniadi dari PMI Kalimantan Selatan menyampaikan peran PMI dalam penanggulangan bencana.Ia menggarisbawahi semangat kerelawanan dan tujuh prinsip dasar PMI.
Dedi juga menampilkan dokumentasi kegiatan kemanusiaan PMI selama pandemi dan bencana lainnya di wilayah Kalimantan Selatan.
Untuk memperkuat pemahaman teknis, peserta workshop juga mengikuti Gladi Apel Siaga Bencana, yakni simulasi kesiapan logistik dan SDM dalam menghadapi bencana.
Selanjutnya, Simulasi Penanganan Bencana digelar sebagai latihan gabungan antar instansi dengan skenario evakuasi, pengelolaan posko, distribusi bantuan, hingga penanganan korban.