
Parimo,Updatesulawesi – Program Tagana Masuk Sekolah (TMS) kini mulai gencar dilaksanakan di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) sebagai langkah meningkatkan kesiapsiagaan pelajar menghadapi potensi bencana.
Sekretaris Tagana Parimo, Amirudin, menjelaskan bahwa TMS merupakan tindak lanjut dari MoU antara Kementerian Sosial dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019 terkait mitigasi bencana di satuan pendidikan.
Menurutnya, program ini menjadi bagian dari implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang menekankan pentingnya sekolah sebagai lingkungan aman sekaligus pusat edukasi mitigasi sejak dini.
“Dalam pelaksanaannya, TMS menghadirkan tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk memberikan pembekalan langsung kepada siswa,” ujarnya, Kamis (28/8).
Materi yang diberikan meliputi pengenalan jenis bencana seperti gempa bumi, banjir, longsor, hingga kebakaran. Selain teori, siswa juga diajak mempraktikkan simulasi evakuasi, penggunaan jalur penyelamatan, hingga teknik pertolongan pertama sederhana.
“Tagana juga membekali sekolah dengan berbagai perlengkapan simulasi seperti tenda darurat, tandu, P3K, hingga atribut kesigapan seperti sirene dan kentongan,” tambah Amirudin.
Pelaksanaan TMS dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari koordinasi dengan sekolah, penyusunan materi sesuai potensi bencana, kegiatan edukasi dan simulasi lapangan, hingga tindak lanjut berupa pemantauan serta penguatan SPAB di sekolah.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Sosial Parimo, Tri Nugra Adiyartha, mengatakan kegiatan perdana TMS digelar di SMP Negeri 1 Balinggi dan SMP Negeri 1 Torue.
“Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman guru dan siswa terkait ancaman bencana serta langkah mitigasi di lingkungan sekolah,” jelasnya, Selasa (26/8).
Menurutnya, pelaksanaan TMS mengacu pada Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Sosial tentang kebencanaan di satuan pendidikan. Karena itu, pembentukan SPAB di sekolah menjadi tujuan utama agar siswa dan guru lebih siap menghadapi potensi bencana di daerahnya.
“Kami akan melaporkan kegiatan ini kepada Bupati, dan meminta arahan apakah nantinya program akan diberlakukan di semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP. Untuk tahap awal, tahun 2025 baru empat kecamatan yang menjadi lokasi program,” ungkap Tri.
Tri menambahkan, Kabupaten Parigi Moutong memiliki sembilan jenis ancaman bencana, termasuk banjir, gempa bumi, banjir bandang, dan abrasi pantai. Melalui TMS, sekolah dibekali pengetahuan mengenai jalur evakuasi, tanda peringatan dini, serta cara mengarahkan siswa menuju titik aman.
Sekolah juga didorong untuk melakukan inventarisasi bangunan. Ruang kelas yang sudah tidak layak karena usia lebih dari 20 tahun dapat dilaporkan ke Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti bersama dinas teknis.
“Ini bagian dari mitigasi awal agar kita tidak menunggu bencana besar baru bertindak. Misalnya, jika sekolah dekat sungai atau pesisir pantai yang rawan abrasi, bisa langsung dilaporkan agar pemerintah mengambil langkah pencegahan sejak dini,” pungkasnya.