
Gorontalo,Updatesulawesi.id – Reaksi keras muncul dari berbagai kalangan pasca insiden dugaan tindakan kekerasan yang dilakukan aparat Kepolisian Resor (Polres) Gorontalo Utara terhadap mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi (AMPD) saat menggelar aksi di depan gedung DPRD setempat.
Salah satu kecaman datang dari Ketua Umum Kesatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia Parigi Moutong (KPMIPM) di Gorontalo, Satrio, yang menyesalkan tindakan aparat yang dinilai tidak mencerminkan semangat pengayoman kepada masyarakat.
“Aparat kepolisian seharusnya menjadi pelindung rakyat, bukan pihak yang menimbulkan ketakutan. Setiap kritik dari mahasiswa hendaknya diterima sebagai bagian dari dinamika demokrasi,” ujar Satrio, Rabu (5/11).
Ia menilai bahwa tindakan represif terhadap mahasiswa, apabila benar terjadi, dapat mencederai citra Polri yang tengah berupaya menegakkan prinsip Presisi,profesional, modern, dan berkeadilan.
“Kami berharap aparat dapat menahan diri dan mengedepankan pendekatan dialog. Mahasiswa berbicara karena peduli terhadap negeri, bukan karena ingin menciptakan keributan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Satrio menyebut bahwa kekerasan terhadap mahasiswa tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga berpotensi mengikis kepercayaan publik terhadap lembaga penegak hukum.
“Sejarah mencatat bahwa mahasiswa selalu menjadi mitra kritis bagi pemerintah. Oleh karena itu, kritik yang disampaikan dalam koridor hukum harus dihargai, bukan dihadapi dengan kekerasan,” tegasnya.
KPMIPM pun meminta Kapolda Gorontalo untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut secara objektif, memastikan adanya pemeriksaan yang transparan terhadap oknum yang diduga terlibat, serta menjamin tidak terulangnya insiden serupa.
“Kami percaya pimpinan Polri memiliki komitmen untuk menegakkan disiplin internal dan menjaga marwah institusi. Setiap tindakan yang melampaui batas harus mendapat perhatian serius,” ujarnya.
Sebagai penutup, Satrio menegaskan bahwa KPMIPM akan terus mengawal proses hukum atas peristiwa tersebut dan mendukung langkah penyelesaian yang berkeadilan.
“Kami, mahasiswa Parigi Moutong di Gorontalo, berdiri bersama rekan-rekan mahasiswa lainnya untuk memperjuangkan ruang demokrasi yang sehat dan beretika. Kritik adalah bentuk cinta terhadap bangsa, bukan perlawanan terhadap negara,” pungkasnya



