
Jakarta, Updatesulawesi.id– Staf Ahli Menteri UMKM Bidang Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga, Sudaryano R. Lamangkona, menegaskan pentingnya Gerakan Membangun (Gerbang) Desa dari Parigi Moutong (Parimo) untuk Indonesia sebagai model penguatan ekonomi berbasis desa.Kamis, (09/10).
Program tersebut merupakan gagasan Sekretaris Daerah Kabupaten Parimo, Zulfinasran, S.STP., M.Si., yang lahir dari proyek perubahan dan kini berkembang menjadi program strategis daerah untuk mewujudkan ketahanan pangan di kabupaten yang dikenal dengan durian dan lalampanya itu.
Kegiatan pemaparan program digelar di Kementerian Koperasi dan UMKM RI, dipimpin oleh Wakil Bupati Parimo, Abdul Sahid, dan dihadiri oleh pimpinan OPD, akademisi, serta tim Teknologi Informasi (TI).
Paparan disampaikan langsung oleh Zulfinasran di hadapan perwakilan dari empat kedeputian dan biro manajemen kinerja Kemenkop UKM.
Inti dari program Gerbang Desa adalah membangun mekanisme kerja antara Lembaga Ekonomi Daerah (LEKDA) yakni Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) bersama para petani dalam mengelola hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan untuk kemudian didistribusikan melalui pasar tradisional.
“Program ini bertujuan menciptakan mekanisme pasar yang sehat serta memperkuat rantai pasok hasil pertanian agar harga tetap stabil, sekaligus memutus praktik tengkulak yang selama ini merugikan petani dan masyarakat,” ujar Zulfinasran, yang akrab disapa Ote.
Desain program tersebut dilengkapi dengan platform e-commerce yang berfungsi sebagai jembatan informasi dan transaksi antara petani, nelayan, dan masyarakat.
Melalui sistem digital ini, proses jual beli dapat berlangsung secara transparan dan akurat, sehingga tercipta kepastian harga dan hubungan langsung antara produsen serta pembeli (off taker).
Dalam perspektif ekonomi, sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan masuk dalam kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Karena itu, kelompok usaha ini perlu mendapatkan perlindungan, kemudahan, serta pemberdayaan agar terhindar dari praktik tengkulak yang tidak menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat.
Meski baru dirancang dalam waktu singkat, Zulfinasran menegaskan bahwa mekanisme program ini sudah siap untuk diimplementasikan.
Ia mengungkapkan adanya kondisi paradoks di sektor pertanian Parigi Moutong, di mana produksi beras sangat tinggi,mencapai sekitar 70 persen,namun harga di pasaran justru tetap mahal.
“Total produksi beras sangat besar, tapi harga beras di pasaran juga tinggi. Kondisi ini membuat masyarakat kesulitan, dan dari situlah ide program ini muncul,” jelas Zulfinasran.
Sebelum pertemuan berakhir, pihak Kemenkop UKM menyampaikan bahwa hasil paparan tersebut akan didalami lebih lanjut agar dapat diintegrasikan dengan program strategis nasional yang sedang dijalankan oleh kementerian.








